Aku ingat banget! ini novel pertama yang aku buat. aku nggak mau kasih ke penerbit manapun karena sudah pasti DI TOLAK!!! Hahaha... berawal dari mimpi siang bolong jadi novel. so, aku mau bagi keteman-teman... tadinya mau dijadikan FF tapi original lebih keren kan??? happy reading... if u like, please comment. i'm really appreciate with that...^^ please don't copy my novel. :) i will always update if u want more strory about this... thank u.
PART 1
Aku tidak tahu ini berawal dari mana. Aku mencintainya dan mencintainya juga. Tak penting
berawal dari mana! Tapi akhirnya aku harus memilih salah satu dari mereka.
“Pagi, Tante.” Aku menyapa seorang wanita cantik yang
sedang merapikan rancangan baju di butiknya yang besar dan menyatu dengan
rumahnya yang besar pula.
Ia menyapaku dengan hangat, sehangat matahari pagi. “Oh!
Ayuu! Pagi sayang. Cari Roland?”
“Ahhh..? hehe. Nggak Tante. Ayu kesini pangen main ke
butik tante aja kok..”
“Wahh... tante senang banget.”
“Ayu mau bantu-bantu nah, tante,”
“Ya udah, kamu jadi modelnya tante yah. Tante baru aja
buat baju baru.” Ia tersenyum gembira sambil menunjuk baju tersebut.
“Tentu.”
Betapa indahnya rancangan tersebut! Ia tahu kalau aku
lebih suka rancangannya berupa dress. Dress tersebut mirip dengan dress ala
Yunani. Dibalut dengan penutup bagian dada hingga pinggang dari satin dan
katun. Sedangkan hingga pinggang sampai menyentuh lantai, terbuat dari katun
dan sutra. Gaun tersebut tidak mengembang sehingga tidak mirip dengan gaun
pengantin, justru elegan dan anggun.
Aku menuju ke ruang ganti. Setelah kucoba ternyata pas
ditubuhku. Aku kembali ke Tante Linda sambil menunjukkan hasilnya. Ia sangat
terpukau melihatku. “So beautiful, Ayu!”
“Makasih tante... Rancangan Tante kan selalu bagus,” aku
memujinya.
“Tergantung modelnya donk.. kalo modelnya Ayu, pasti
bagus! Tunggu sebentar yah yu..” ia membalas pujianku lalu pergi entah kemana.
“Aduuhh, maah! Masih ngantuk...”
Tebak siapa yang datang?
“Ronaaallldd... coba kamu lihat! Ayu cantik kan?” Tante
Linda menarik tangannya roland. Aku langsung berdiri tegap dan kaget.
“Apa? Mana?”
“Tuh! Makanya mata itu dibuka,”
Roland perlahan membuka matanya. Aku tahu apa yang akan
terjadi dengannya. Yup! Dia terkejut melihatku dengan pakaian tersebut.
Tatapan bego’nya sangat polos tapi lucu. Tatapannya
seperti dunia seakan di slow motion dan ada angin bertiup-tiup, karena saking
terpesonanya, padahal itu angin dari kipas tornado yang memang ada dibutik.
“Ayu??! Kamu..... cantik!” Roland sempat terbata-bata.
Itu sangat membuatku malu.
“Makasih...” kami tertunduk malu. “Udah, mandi sana,
baunya sampe sini loh!” aku membuyarkan lamunannya.
“Ha?” ia baru sadar kalau fashionnya kini sangat buruk!
Piama putih bercorak Teddy Bear, rambut acak-acakkan, dan tahi mata yang
menumpuk disudut-sudut mata. “Hehe.. baiklah nyonya, saya akan kembali.” Ia
pergi sambil menitipkan senyumannya kepadaku. Hatiku langsung berdetak keras,
aku tahu kalau aku mencintainya.
“Ehem...”
“Hehe.. tante? Maaf ya tante.”
“Gapapa, tante kan juga pernah muda.”
Kebanyakan senyum jadinya lupa kalau baju mahal ini masih
kupakai dengan santainya. “Aduuhh tante, nih baju bikin Ayu lupa diri yak. Saya
ganti dulu yah tante..”
“Iya. Awas rusak loh,”
“Siip..” aku pergi meninggalkannya menuju ruang ganti.
Drrrtt... drrttt..
Kurogoh HP disakuku, ternyata sms dari Roland.
Sudah
selesaikah tuan putri? Aku tunggu.. :*
Hatiku berdetak kencang lagi. Can you listen to my heartbeat?
Tapi smsnya tidak kubalas.
Setelah selesai ganti baju, aku mengembalikan baju
tersebut kepada pihak berwajib alias yang merancang. “Nih Tante bajunya..”
“Iya.. makasih, Cantik.” Wanita itu mencubit pipiku,
gemas. Aku sangat menyayangi mereka. Aku sudah menganggap tante Linda ibuku sendiri,
karena aku sudah tidak mempunyai tumpuan hidupku lagi. Mereka sudah pergi
ketempat yang tidak bisa aku bayangkan. Maka dari itu, aku tidak akan pernah
menyiakan mereka semua.
Roland tiba-tiba datang, “Ayo..”
“Kemana??”
“Ayolah...” Ia menarik tanganku.
“Mah, aku pergi dulu yaa..”
“Tante, Ayu pamit..” aku melambaikan tangan kepada Tante
Linda.
“Iya!! Hati-hati yaa...” lambaian tangan sebagai penutup
pembicaraan kami. Aku melihat senyum tergores dibibirnya yang manis itu.
Roland membawaku dengan mobil Jazz merahnya. Aku memasang
senyum kecut padahal didalam hatiku aku sangat menginginkannya. Saat kupasang
sabuk pengaman, motor ninja merah mengklakson kami. Aku kaget dan marah. Apa
salah kami? Tapi Roland malah nyengir dan tertawa. “Cari masalah banget tuh
orang!!”
“Biasa aja itu..” ia hanya nyengir sambil memasang sabuk
pengamannya.
Mobil kami melaju dengan cepat. Aku hanya tertuju pada Hpku saja. Roland tahu kalau aku mulai jenuh. Ia menyalakan MP3 dengan lagu yang sangat kusukai yaitu Way Back Into Love. Sumringahku akhirnya datang juga. “I’ve been living with with the shadow over head, i’ve been sleeping with a cloud above my bed.” Ia semakin membuatku klepek-klepek. Aku membalas dendangnya dengan suara terbaikku, aku ingin dia bangga karena Paduan Suara yang kugeluti tidak basi belaka. “I’ve been lonely for so long... Trapped in the past i just can seem to move on..”
Mobil kami melaju dengan cepat. Aku hanya tertuju pada Hpku saja. Roland tahu kalau aku mulai jenuh. Ia menyalakan MP3 dengan lagu yang sangat kusukai yaitu Way Back Into Love. Sumringahku akhirnya datang juga. “I’ve been living with with the shadow over head, i’ve been sleeping with a cloud above my bed.” Ia semakin membuatku klepek-klepek. Aku membalas dendangnya dengan suara terbaikku, aku ingin dia bangga karena Paduan Suara yang kugeluti tidak basi belaka. “I’ve been lonely for so long... Trapped in the past i just can seem to move on..”
“Nice voice.”
“Gombal!”
“Hehehe... jujur itu,” kami melanjutkan lagu itu hingga
kami sampai ditempat yang dituju Roland.
“Nah... kita sudah sampe,”
Kali ini dia tidak sia-sia membawaku kemari. Pegunungan
Bogor yang sudah lama tidak kujajaki. Terhampar berhektar-hektar kebun teh yang
hijau. Rasanya mataku mau berair karena kebanyakan melotot.
“Cantik kan?”
“Hmmm... sejuk” aku mengangguk senang.
“Tapi, bukan tempat itu tujuan kita..”
“Loh terus kemana?”
“Ayo!” lagi-lagi ia melakukan dengan sesuka hatinya. Ia
menarik tanganku lalu membayar karcis masuk dan memberiku keranjang kecil.
“Kita akan cari stroberi, kamu pasti suka.”
“Wahhh... suka banget! Dari dulu aku pengen makan stoberi
segar, apalagi metik sendiri.”
“Itu mah hobiku pas masih kecil. Aku sering banget
kekebun stoberi sama kakakku. Sampe-sampe aku mimisan gara-gara kelamaan
dikebun.”
“Hahahah... kalian nakal sekali,” ia memetik sebiji
stroberi kepadaku. Aku menjulurkan tanganku tapi ia menolak.
TO BE CONTINUED.... :D
No comments:
Post a Comment